Cerita Semut Merah Melawan Gajah beserta ilustrasi videonya
Berikut ceritanya:
Di suatu hutan belantara hiduplah berbagai kelompok hewan. Mereka hidup bersahabat, rukun, damai, aman dan sejahtera antara satu dengan lainnya. Menjalani kehidupan di hutan belantara dengan bahagia. Tidak saling mengganggu dan apabila salah satu dari mereka mengalami kesusahan mereka suka saling tolong-menolong.
Cerita ini mengajarkan kita bahwa Sifat sombong tidak disukai sama teman-teman lainnya.
Untuk videonya silahkan lihat di bawah ini (namun videonya versi malaysia)
Di suatu hutan belantara hiduplah berbagai kelompok hewan. Mereka hidup bersahabat, rukun, damai, aman dan sejahtera antara satu dengan lainnya. Menjalani kehidupan di hutan belantara dengan bahagia. Tidak saling mengganggu dan apabila salah satu dari mereka mengalami kesusahan mereka suka saling tolong-menolong.
Namun sekarang ini ada dua hewan penghuni hutan belantara yang tidak mau
bersahabat. Mereka adalah Semut Merah dan Gajah. Kebalikan dari
penghuni hutan belantara lainnya, saat ini mereka sedang bertengkar.
Awal mereka bisa sampai bertengkar adalah karena ulah Gajah yang selalu
lewat di atas perkampungan Semut Merah. Gajah yang bertubuh super besar
itu membuat rusak rumah-rumah tanah yang telah dibangun susah payah oleh
pasukan pekerja Semut Merah. Oleh sebab itu semut-semut Merah kesal
sekali sama Gajah.
“Hei, Gajah! Lihat-lihat dong kalau jalan,” omel kepala pasukan pekerja Semut Merah.
“Memangnya kenapa?” tanya Gajah tak acuh dengan suara beratnya.
“Rumah kami rusak, tahu!” Suara Semut Merah yang cempreng terdengar terus mengomel.
“Oh, itu bukan urusanku,” jawab Gajah sambil pergi berlalu begitu saja,
meninggalkan gerombolan Semut Merah yang masih menggerutu di
belakangnya.
Kejadian tersebut tak hanya terjadi sekali, tetapi sudah terjadi
berulang-ulang kali. Kesabaran pasukan Semut Merah pun sudah mulai
habis. Karena itu, atas komando Kepala Pasukan Pekerja Semut Merah
diumumkanlah pernyataan untuk membuat perhitungan dengan Gajah.
“Kawan-kawanku setanah air dan seperjuangan, Gajah sudah sangat
keterlaluan! Menginjak-nginjak rumah kita secara tidak hormat berarti
sama saja menginjak-nginjak harga diri kita sebagai Semut Merah. Oleh
karena itu kita harus membalas perlakuannya. Setuju?!” Suara Kepala
Pasukan terdengar lantang.
“Ya, setuju!!!” Kompak terdengar suara-suara Semut Merah pekerja lain
menanggapi usulan itu. Setelah itu pun dibuat strategi demi strategi
untuk mengalahkan Gajah yang bertubuh super besar.
Pada keesokkan harinya Gajah datang lagi dan seperti biasa ia akan
melewati rumah-rumah semut merah. Kedatangannya ditandai dengan suara
gedebum kakinya saat menyentuh tanah. Namun tidak seperti biasanya yang
tenang, saat ini pasukan Semut Merah telah bersiap siaga di posisi
mereka masing-masing. Ketika Gajah memasuki areal perkampungan Semut
Merah, dengan cepat dan sigap para pasukan Semut Merah yang telah
bersiap pada posisinya langsung menyerang Gajah. Terjadilah kehebohan
antara Pasukan Semut Merah melawan Gajah. Semut-semut mengerumuni tubuh
si gajah dan menggigitnya. Ada yang menggigit kakinya, ada masuk
telinganya, ada yang masuk ke lobang belalainya. Mereka semua menggigit
si Gajah. Pokoknya si Gajah dikerubuti berpuluh-puluh ribuan Semut
Merah.
Tak tahan digigiti pasukan Semut Merah, Gajah menjerit-jerit. Suara
jeritannya terdengar ke seluruh penjuru hutan dan mengganggu aktivitas
hewan-hewan lain yang tinggal di hutan. Termasuk Burung Hantu, Katak si
pelompat, Musang, Kancil, dan lainnya pula. Karena terganggu dengan
suara Gajah, mereka pun mengadukan hal itu pada Singa si raja hutan.
Mereka yang mengadu adalah Katak si pelompat, Burung Hantu, Kancil dan
Musang.
Mereka meminta kepada Singa si raja hutan untuk menghentikan teriakan
Gajah yang bising. Mendengar keluhan dari rakyatnya, Singa si raja hutan
mengambil kebijakan dengan memanggil perwakilan Semut Merah dan Gajah.
Singa akan menyelesaikan perkara mereka di sidang hutan.
Dalam persidangan Singa bertanya dengan bijaksana, “Hai, kamu Semut Merah. Kenapa kamu menyerang si Gajah ini, hah?”
“Semua adalah kesalahan Gajah yang selalu datang menginjak-injak rumah
kami setiap hari. Padahal rumah-rumah tanah itu dibangun dengan susah
payah oleh para pekerja kami.” Jawab Semut Merah.
Pada awalnya Gajah mengelak atas tuduhan Semut Merah. Ia mengatakan,
“tidak...itu bukan salahku, aku tidak merusak rumah-rumah mereka. Tempat
mereka membuat rumah-rumah tanah adalah jalurku berjalan. Aku tidak
tahu-menahu dengan semua itu.”
Tetapi Singa si raja hutan tak mempercayai ucapan Gajah yang terkesan
mengada-ada. “Benarkah itu Gajah?” tanya Singa penuh selidik. Karena
didesak sedemikian rupa, Gajah pun akhirnya mengakui kesalahannya. Ia
mengangguk-angguk perlahan-lahan. Kemudian diputuskan bahwa Gajah harus
mencari rute perjalanan yang lain supaya tidak merusak rumah-rumah Semut
Merah. Gajah pun menyetujuinya dan meminta maaf kepada Semut Merah.
Mulai saat itu dan seterusnya, Gajah tidak lagi lewat dan merusak
rumah-rumah tanah Semut Merah. Semut-semut Merah pun bisa hidup tenang.
Kedamaian serta kerukunan di hutan belantara kembali tercipta.
Untuk videonya silahkan lihat di bawah ini (namun videonya versi malaysia)
Comments
Post a Comment